Senin, 22 Oktober 2012

Upaya PT.Indosat Tbk agar tetap eksis (Great Company)


Perkembangan teknologi yang bergerak sangat cepat terutama di bidang telekomunikasi, memacu para pemain yang mengerumuni bisnis ‘legit’ telekomunikasi harus bekerja keras menghadapi persaingan. Berbagai trik dan jurus dilancarkan untuk mampu menjadi yang terdepan sekaligus menjadi great company. Bahkan, perubahan bisnis pun dilakukan seiring dinamika yang berkembang di pasar. Seperti yang dilakukan PT Indosat Tbk., yang telah mengalami beberapa kali perubahan bisnis sejak 1967.
Menurut Group Head Human Capital Management Indosat, Gandung A. Murdani, semua perubahan bisnis berhasil dilalui Indosat. Selain berkat sumber daya manusia (SDM) yang kreatif dan inovatif, juga dipicu budaya terbuka yang berlaku di Indosat. Artinya, segala sesuatu yang berkaitan dengan performance, yang harus diketahui oleh investor dilaporkan setiap tiga bulan. Bahkan pihaknya, tambah Gandung, juga menggeber roadshow, menyampaikan langsung kepada investor baik di dalam maupun di luar negeri. Menurutnya, era keterbukaan sejatinya sudah menjadi budaya perusahaan sejak lama. Di internal sendiri, nuansa keterbukaan sudah menjadi atmosfer antara manajemen dengan karyawan.

Keterbukaan tersebut, misalnya, bisa dilihat dari kebijakan manajemen yang menjelaskan terutama mengenai job description dan pengembangan karier karyawan. Hanya hal tertentu seperti remunerasi atau bonus yang bersifat individu. Di satu sisi, perusahaan setiap 3 bulan sekali menyampaikan pada karyawan perkembangan kondisi perusahaan. Di sisi lain, manajemen juga menyampaikan kebijakan yang berkaitan dengan langkah dan internal perusahaan. “Itu semua tidak hanya dilakukan pada rapat atau seminar perusahaan, tetapi juga posting melalui Intranet,” demikian Gandung menjelaskan.
Menurut Gandung, perubahan bisnis yang dilakukan Indosat tentu saja dengan melihat perkembangan di bisnis telekomunikasi. Semisal, pada 2001, Indosat mendirikan IM3. Ketika itu pihaknya yakin dengan adanya Internet akan memberi berbagai fungsi seperti chating, browsing dan sebagainya. Terlebih, kompetitor Indosat, PT Telkom Tbk., diberi hak menjadi operator internasional. Jelas, dibanding Indosat, Telkom lebih mudah melakukan trafic internasional. Karena itu Indosat melakukan transformasi bisnis dengan visi menjadi perusahaan seluler dan mendirikan IM3, kemudian menghapus Satelindo. Misi Indosat adalah celuler focus company.

Dinamika bisnis telekomunikasi dengan makin maraknya perusahaan seluler membuat peta persaingan mengarah pada perang tarif. Padahal, seperti dijelaskan Gandung, Indosat menginginkan menjadi perusahaan pilihan di bidang komunikasi dan informasi. Menurutnya, yang namanya akses hanya label. Dalam bisnis telekomunikasi yang dapat dirasakan adalah aplikasinya sehingga orang bisa chating, mengirim dan menerima e-mail, atau video conference, akses Intranet dan lainnya. “Itu semua adalah aplikasi dan lambat laun orang lebih berfokus pada aplikasi,” katanya. Karena itu Indosat memilih lima tahun ke depan ingin menjadi perusahaan pilihan untuk layanan dan solusi komunikasi dan informasi.
Konsekuensi dari pilihan tersebut mau tak mau harus menggenjot kreativitas dan inovasi karyawan. Upaya yang dilakukan Indosat untuk mengubah budaya antara lain dengan menyosialisasi visi dan misi secara sistematis. Jadi, level direksi memberi sosialisasi di setiap pertemuan termasuk strategi yang akan dilakukan. Salah satu yang mudah dilakukan ialah mengaitkan perkembangan organisasi dan reward dengan strategi. “Maka sering orang memanfaatkan atau mengimplementasikan talent scorecard, suatu tools yang digunakan untuk benar-benar bisa mengimplementasikan, meng-comfirm suatu strategi menjadi sesuatu yang bersifat eksekusi atau tindakan. Itu dapat dilakukan dengan cara menerjemahkan strategi pemetaan, “ paparnya.

Ia menjelaskan, yang dimaksud strategi pemetaan adalah, bagaimana kaitan antara perspektif finansial dengan perspektif pelanggan, kemudian perspektif pelanggan dengan operasional, lalu operasional dengan perspektif SDM. Dari semua kaitan itu dilihat lagi bagaimana link-nya. Nah, barulah semuanya dikonversi menjadi inisiatif. “Misalnya, saya bilang kita akan maju untuk layanan 3G. Itu berarti kita akan maju menjadi perusahaan informasi dan komunikasi,” ujar Gandung.
Menurutnya, langkah pertama yang harus dilakukan di bisnis ini adalah menyiapkan dari segala aspek. Aspek pertama yang perlu dibenahi ialah produk, jaringan serta SDM yang fokus di bidangnya. Misalnya, Indosat menyiapkan suatu unit kerja untuk brand 3G, maka dibuatlah tim khusus. Lalu Indosat membuat tim yang fokus pada game dan content. “Kalau 3G tidak ada aplikasinya tidak akan menarik,” katanya. Selain itu mereka membuat tim value educated, ditambah dengan program promosi. Diharapkan dengan dibuatnya tim-tim ini target perolehan pelanggan tercapai. Dari pihak SDM, komponen insentif dan reward juga dimasukkan.

Lebih jauh ia menjelaskan, strategi tersebut menjadi patokan dalam pemberian reward. “Karena itu SDM di Indosat tahu jika target tidak tercapai akan berdampak kepada perusahaan,” ujarnya. Indosat juga menyiapkan rekrutmen SDM yang sesuai dengan kriteria perusahaan dan training untuk pengembangan skill karyawan. Selain sistem rekrutmen dan training SDM, sistem reward juga dipikirkan dengan matang.
Dikatakannya, untuk visi dan misi ke depan, yakni menjadi communications, information, service and solution company, SDM yang disiapkan untuk bidang sales dan network tidak jauh berbeda. Kalau berkaitan dengan perkembangan produk dan menjual solusi, itu agak berbeda. Gandung mengungkapkan, Indosat merekrut orang-orang yang memiliki background untuk informasi seperti teknik elektro dan komunikasi, komputer dan teknik informasi. Di samping itu, Indosat menyiapkan berbagai training yang sesuai dengan aplikasi yang dibutuhkan.
Dari semua perubahan bisnis yang dialami Indosat, berlaku hukum kelembaman. “Kita mengenal hukum kelembaman di teori Newton, ternyata di organisasi pun berlaku hukum tersebut,” kata pria berkacamata ini. Dalam pergerakan organisasi, tambahnya, kalau tidak ada gaya yang bekerja di dalamnya, maka organisasi itu bergerak apa adanya. Padahal, lingkungan selalu berubah, seperti jenjang karier, visi dan lainnya. Dan kelembaman yang terjadi semakin membesar sehingga gaya yang harus diubah pun turut membesar. “Yang namanya manajemen perubahan, akan mendapat tantangan di situ,” ungkapnya.

Menurutnya, tantangan yang terjadi karena pertama, orang akan sulit diubah jika sudah jenuh. Kedua, mengubah kompetensi SDM yang tadinya hanya mampu menggunakan dan menerima telepon, menjadi menguasai aplikasi. “Contoh, dulu kami mengalami jika telepon tidak rusak, operatornya tidak jalan. Sekarang, telepon dan operatornya tidak bermasalah, tapi aplikasinya kena X-ray,” tambahnya. Bila semuanya tidak ada masalah, kini SDM-nya yang bermasalah dengan orang lain. Menurutnya, itu semua merupakan dinamika organisasi yang tidak mudah untuk diubah. “Harusnya knowledge management dapat dijadikan sarana bagaimana perubahan itu mudah dilakukan,” tuturnya. Kalau knowledge management tidak dilakukan, ia menilai, bagaimana perusahaan dapat melakukan sharing untuk sebuah inovasi. Diakuinya, tantangan yang paling sering dihadapi adalah soal manusia. “Itulah manajemen, lebih kepada manusia. Manusia kalau sudah jenuh sulit diubah,” tandasnya.
Setiap perubahan bisnis yang dilakukan, Gandung mengharapkan Indosat bisa menunjukkan nilai lebih. Akan tetapi saat ini eranya berubah. Apakah Indosat masih bisa bertahan menjadi salah satu great company? Menurut Gandung, itu merupakan tantangan yang harus dihadapi. “Saat ini perusahaan telekomunikasi khususnya seluler, masih dipegang oleh Telkomsel, Indosat dan Xl. Tapi belum tentu di era 3G atau 4G nanti,” ujar kelahiran Salatiga, 31 Agustus 1965 ini. Dengan adanya perubahan bisnis, siapa yang cepat dan tepatlah yang akan bertengger menjadi salah satu great company. Dikatakannya, Indosat serius dengan perubahan tersebut. Mereka bahkan mengubah mindset menjadi provider of choice in telecommunication and information, servicing and solution.
Gandung menjelaskan, yang dimaksud great company adalah, perusahaan tersebut harus bisa mengantisipasi perubahan bisnis dan tetap eksis di bidangnya. Untuk itu organisasi harus memiliki visi ke depan dan selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan segala perubahan. Sebagai pendukung, organisasi harus punya ability yang tinggi sehingga mereka selalu bisa mengubah dan mengikuti perubahan yang ada. Menjadi great company juga harus memiliki kreativitas yang tinggi. Untuk melahirkan SDM yang kreatif, berarti harus dibuat sistem yang memacu kreativitas. Menurutnya, sistem reward bisa menjadi salah satu faktor pendukung. “Jadi, selain menyiapkan kompetensi dan budaya, reward juga penting,” tuturnya.

Sumber  :  http://www.portalhr.com




Selasa, 09 Oktober 2012

Tanggung Jawab Sosial PT. NUSA HALMAHERA MINERALS

Nama : Anggraini
Kelas : 3ea05
NPM : 10209731


PT. Nusa Halmahera Minerals merupakan perusahaan pemegang Kontrak Karya Generasi VI yang bergerak di bidang pertambangan umum di sektor Sumber Daya Mineral, sebagai mitra pemerintah dalam meningkatkan penerimaan Negara telah melakukan penggalian mineral emas sebagai sumber daya yang tidak terbarukan. Menyadari akan timbulnya dampak berupa wilayah yang mengalami penipisan sumber daya/sumber dana bagi pembiayaan pembangunan ekonomi berkelanjutan saat berakhirnya kegiatan penambangan, sejak awal PT NHM telah mengambil inisiatif mengalokasikan dana kepedulian (ComDev) bagi masyarakat lokal diluar dana kewajiban perusahaan seperti pajak dan non-pajak.

Penggunaan dana ComDev yang selama ini lebih banyak tertuju kepada derma dan pembangunan prasarana/sarana wilayah (yang seharusnya didanai dari APBD) tidak menyisakan dana bagi pemberdayaan masyarakat lokal dan pengembangan ekonomi berkelanjutan. Sehingga masih saja ada ketidakpuasan, ketergantungan, kegiatan yang mengancam operasi perusahaan, ketidak mandirian yang akan menjurus kepada kegagalan pasca tambang.

Untuk menghindari kegagalan pasca tambang PT NHM melakukan pendekatan baru dalam bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) yang merupakan kontribusi perusahaan bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, mempekerjakan orang-orang lokal, bekerja sama dengan tokoh-tokoh lokal, masyarakat dan kondisi sosial lokal yang berujung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat lingkar tambang yang secara bersamaan memberi keuntungan baik bagi perusahaan (operasi yang bebas dari gangguan) maupun bagi pembangunan berkelanjutan, sehingga perekonomian masyarakat tetap berlanjut setelah pasca tambang.

Penggunaan dana CSR PT NHM ke depan harus secara sistematis tertuju pada:
(i) pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan berbagai kemampuan yang dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat lokal,
(ii) melanjutkan program community development (ComDev) yang telah berjalan secara terpilih untuk “mendukung” program-program pemerintah dalam bidang: pendidikan, kesehatan, dan prasarana/sarana wilayah yang strategis, dan
(iii) pengembangan ekonomi berkelanjutan melalui pengembangan komoditas unggulan lokal berbasis kemampuan serapan masyarakat lokal.Untuk ketepatan dan efektivitas program, PT NHM akan melibatkan “pihak luar” (lembaga-lembaga resmi) yang berpengalaman dalam: Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan (PEB) bagi wilayah-wilayah lingkar tambang/sekitar wilayah operasi tambang.

Mulai tahun 2007, telah disepakati oleh manajemen perusahaan untuk mengalokasikan anggaran sebesar 1% dari penerimaan kotor PT. Nusa Halmahera Minerals yang akan tergantung kepada jumlah produksi dan harga.

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (selanjutnya dalam artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) akan merupakan kontribusi perusahaan bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, memekerjakan masyarakat lingkar tambang, bekerja sama dengan tokoh-tokoh lokal ditengah masyarakat dan kondisi sosial setempat yang berujung pada peningkatan kualitas hidup keuntungan bagi perusahaan (operasi yang bebas dari gangguan) maupun bagi pembangunan berkelanjutan. Sehingga perekonomian masyarakat tetap berlanjut setelah pasca tambang. diharapkan kemitraan dengan masyarakat lingkar tambang bermuara paad iklim berusaha yang aman dan sehat, serta saling menguntungkan.

Keberhasilan program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) sangat ditentukan oleh partisipasi dan kontribusi masyarakat, dan peran pemerintah daerah dalam membina saling dukung (sinergi) antara program-program CSR dan program-program APBD. untuk itu PT. Nusa Halmahera Minerals akan mendahulukan pemberdayaan masyarakat (empowerment), dimana anggota masyarakat lingkaar tambang turut berperan aktif dalam pengolahan sumber daya alam yang ada disekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup, mampu mandiri dan meningkatkan penghasilan tanpa bergantung pada perusahaan maupun pemerintah. secara bertahap kemampuan masyarakat tetapdidorong dengan program-program pengembangan terpilih sebagai pelengkap dari program-program APBD serta kemudian masyarakat diikutsertakan dalam pengembangan Komoditas Unggulan Lokal (KUL).

Sumber : http://www.nhm.co.id
              www.wikipedia.com